Kamis, 06 Maret 2014

Sering kali saya diundang untuk mengikuti seminar atau pelatihan di berbagai kota di Indonesia dan sesering itu pula saya menginap di hotel atau tempat penginapan yang disediakan panitia.Dari berbagai tempat itu saya selalu mengamati dan membandingkan antara satu tempat dengan tempat yang lain dari  pelayanan, fasilitas, tata ruang, kemudahan akses informasi hingga kebersihan toiletnya.Secara umum tempat tempat penginapan itu tidak terlalu berbeda dalam banyak hal karena standar pelayanan jasa penginapan sudah mendunia.Tapi ada satu pemandangan yang saya lihat cukup mengusik pikiran saya.Setiap masuk kamar mandi sering mata saya menangkap tulisan di sisi kloset “American Standart”dari hotel kecil sampai hotel internasional dari hotel di Purwokerto sampai hotel Sovitel, dan hotel al Hamra di Jeddah dan Madinah  Arab Saudi bahkan mungkin kloset di rumah kita sendiri.
Sejenak saya terkagum-kagum  dengan Negara yang satu ini, Negara yang ditakuti  sekaligus dibenci oleh banyak penduduk planet bumi.Amerika …yaa saya harus angkat topi kepadamu, mengacungkan seluruh jempol untuk “kemajuan” peradaban bangsamu, hampir  tidak ada yang “ jelek” yang datang dari Amerika,  ekonomi, tehnologi, militer, pemikiran, sistem pendidikan bahkan kloset tadi diterima oleh mayoritas penduduk dunia dengan penuh bangga dan gengsi yang tinggi.
Kabarnya orang Indonesia lebih percaya diri jika lulus dari Universitas di Amerika dan perusahanpun lebih percaya menerima lulusan Amerika.Kabarnya pula para pakar pendidikan di Indonesia merasa lebih afdol jika mendasari konsep pendidikannya dengan mengutip pendapat atau testimony tokoh pendidikan Amerika.Ada apa dengan bangsa kita dan ada dengan Amerika?.
Masih segar dalam ingatan kita betapa bangsa dan Negara Indonesia dibuat kalang kabut dengan kehadiran Presiden Amerika beberapa tahun yang lalu.Beberapa hari sebelum ia datang taman indah di lingkungan Istana Bogor yang dirawat sekian puluh tahun dalam sekejab berubah menjadi landasan helikopter.Kendaraan, anak sekolah, pejalan kaki, wisatawan, pegawai pemerintah/swasta, sopir angkot dan pribadi apalagi pedagang pasar dan kaki lima yang berada pada radius tertentu di liburkan atau digeser demi kelancaran penyambutan, bahkan Negara menyiapkan biaya penyambutan mencapai angka milyaran.Tidak terhitung berapa kerugian materi dan immateri yang ditanggung masyarakat Indonesia hanya demi kedatangan seorang Presiden Amerika yang singgah di Istana Bogor selama satu jam.
Amerika
Amerika menurut sejarah bukan Negara bangsa (nation state) mereka terdiri dari berbagai suku, ras, warna kulit, dan agama.Ada bangsa Eropa, Asia, Afrika dan bangsa lainnya.Awalnya mereka didatangkan dari berbagai benua untuk menjadi pekerja di tanah Amerika yang dikuasai oleh pemerintah Inggris.Mereka bersama dan berinteraksi menjadi “sapi perah” penguasa Inggris.Tapi pada akhirnya mereka menemukan titik persamaan antar sesama pekerja untuk melepaskan diri dari pemerintahan Inggris dan mendirikan Negara baru di tanah yang baru yaitu Amerika Serikat yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan budaya dan melebur membentuk sebuah peradaban baru dengan warnanya sendiri.Suku Indian yang lebih dulu mendiami daratan Amerika (penduduk asli) terpinggirkan oleh ketamakan para pendatang.
 Bangsa Indonesia
300 ratus tahun yang lalu bahkan mungkin sebelumnya bangsa Indonesia telah mampu membuat buku tulisan tangan yang rapi dan indah.Mereka menulis pelajaran sejarah, pelajaran agama islam, bahkan juga pertanian.Tradisi intelektual sudah berlangsung lama di Indonesia.Ketika Ibnu Batutah dari Maroko tiba di Pasai pada abad 13, ia telah menemukan kerajaan Islam pertama di Indonesia, Samudra Pasai yang berdiri tahun 1267.Pada masa itu, para ulama telah mengajarkan muridnya membaca tafsir, hadis, buku ulama-ulama besar, seperti buku imam Gazali, Abu Syakur, dan Imam an-Nawawi al-Bantani.
Bangsa ini adalah bangsa pemimpin yang melahirkan kerajaan-kerajaan besar dengan capaian besar.Ada kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7, yang kekuasaannya membentang hingga Kamboja dan Thailand.Ada Majapahit pada 1293 yang menguasai Semenanjung Malaya.(idem)
Sudah saatnya sebagai bangsa yang besar kita tidak hanya berbangga bangga mengenang kehebatan nenek moyang kita di masa lalu segera kita bangkit untuk mengembalikan kebesaran sejarah  itu.Politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan di Negara ini sedang semarak berbenah.Mari kita tekatkan diri untuk menjadi bagian dalam mengembalikan kejayaan bangsa kita dimasa lalu.Ali bin Abi Thalib pernah berkata”jika ada seribu mujahid maka aku  satu diantara mereka, jika ada seratus orang mujahid aku satu diantara mereka, jika ada sepuluh orang aku satu diantara mereka, jika tinggal satu orang mujahid aku bertekad orang itu adalah aku”.